#1.2 Tukang Cari Masalah

Assalamu'alaikum

Ah ya, tentunya sebelum aku melanjutkan kehidupanku setelah SMA, aku ga boleh lupa dong sama apa aja yang udah aku lakukan selama SMA ini. Mentang mentang udah lulus, lalu dilupain aja semua hal hal yang ada.

Masa SMA ku, cukup campur aduk. Ada manis, asam, asin, RAME RASANYA *plak

ya, tapi emang bener bener campur aduk. Tapi, overall, lebih banyak nggak enaknya. Serius. Walaupun, ya, aku mungkin aktif di beberapa ekskul, kepanitiaan, dan organisasi. Tapi, aku bisa bilang, masa SMAku suram.

Dan, tentunya, kali ini aku mau cerita soal kesuraman itu. Mungkin agak aneh ya, di saat orang lain ingin menutup rapat semua kenangan pahit yang mereka miliki, aku justru membukanya lebar lebar, bercerita di sini.

Boleh dibilang, aku di SMA dikenal sebagai orang tukang cari masalah.
Nggak percaya? coba aja tanya ke angkatanku, aku orangnya kayak gimana. Pasti banyak yang bilang ga jauh jauh dari itu. Kenapa bisa dibilang kayak gitu?

Emang kenyataannya aku sering nyari masalah sama orang sih. Dari awal masuk sma aja udah berurusan sama sma tetangga. Yang masalahnya sampe bener bener bikin geger dua sekolah tiga angkatan. Beberapa ngecam aku, beberapa ndukung, wajar.

Kemudian, masalah mulai reda, aku bikin masalah lagi. Udah reda lagi, bikin masalah lagi. Terus kayak gitu, bahkan sampai hari hari terakhir mau lulus aja masih cari masalah. Emang dasar ya.

Kalau ada orang biasanya ngeliatin orang lain itu karena suka, atau cinta.
ini yang ada orang lain ngeliatin aku karena mbatin "Duh arek iki".

Sebenernya kenapa sih?
Kenapa aku kayak gitu?

Simpel aja, aku punya cara pandang yang berbeda dalam menghadapi sebuah masalah.
Yang kadang cara pandangku ini nggak bisa diterima orang lain. Yang bikin ribut.

Aku ambil contoh ketika aku bermasalah pertama kali dengan sma sebelah. Waktu itu lagi masa masa DBL, tau kan ya DBL. Nah, ketika itu, ada sebuah halaman koran yang menampilkan sebuah berita kemenangan tim dance namun salah ketik. Simpel kan sakjane masalahnya? cuma masalah salah ketik. Lapo sampe ribut dua sekolah tiga angkatan.

Yang jadi masalah dimataku adalah, ketika seorang tim dance dari yang namanya salah ketik ini protes mencaci maki si pembuat berita dengan kata kata yang tidak patut. Di sini aku memiliki pandangan yang berbeda tentang hal ini. Mbuat berita itu nggak segampang itu boy. Deadline setiap hari, kejar berita ke sana ke mari, capek, proses ngetik berita, proses editing berita, semua dikerjakan dalam satu hari, dan koran sudah harus terbit pagi hari esoknya. Pernah terlintas seperti itu dipikiran kalian?

Yang kita tau cuma kita bisa membaca koran baru setiap pagi sambil menikmati entah kopi atau teh yang nikmat. Di balik itu? coba pahami. Kesalahan ketik seperti itu memang sangat fatal. Sebuah berita haruslah valid. Jika sebuah berita salah, maka sama halnya kita membuat berita palsu. Tapi, ketika seorang peliput berita melakukan kesalahan dalam peliputan, sanksinya nggak main main boy. Dia bisa nggak boleh ngeliput selama sebulan lebih. Mau makan dari mana dia selama sebulan? Hal ini aku ketahui dari salah satu redaksi koran yang cukup terkenal di kota Malang.

Lantas masih patutkah kita seenaknya mencela si pembuat berita dengan kata kata yang tidak patut? Sementara kita hanya tinggal membaca, mengambil informasi, dari apa yang telah mereka buat. Alangkah lebih baiknya jika kita melihat kesalahan ketik pada koran atau media sejenis, kita melaporkan ke redaksi yang bersangkutan, agar bisa diberi koreksi di koran hari esoknya. Bukan mengumpat, mencaci maki, menghardik si pembuat berita.

Contohnya seperti itu. Sejak saat itu, semua orang pasti tau namaku, terutama nama instagramku "fadhilitupakde". Karena kejadiannya itu terjadi di Instagram. Sejak saat itu, mungkin nama pakde itu malah jadi olok olokan buat diriku. Mungkin selanjutnya aku bakal bahas kenapa ada nama "pakde" di dalam namaku. Biarin aja sih mau dibilang apa, it's my identity.

Ah ya, balik lagi soal cari masalah. Mungkin dari kejadian itu, temen temen memang bisa menyimpulkan aku sebagai orang yang tukang cari masalah. Ya karena emang kenyataannya seperti itu. Masalahnya simpel, cuma salah ketik, tapi tak besar besarin masalahnya.

Sebenernya, bukan niat untuk membesar besarkan sebuah masalah yang nggak penting. Aku cuma ingin meluruskan hal yang salah. Lagian ngapain juga nyari masalah, masalah sehari hari aja udah cukup, masih nyari masalah. Banyak hal hal disekitar kita yang sebenernya salah, tapi kita cuma diem membiarkan kesalahan itu berlarut larut, yang akhirnya tidak dianggap lagi sebagai sebuah kesalahan. Cobalah untuk memulai mengatakan apa yang sebenarnya, apa yang seharusnya, bukan hanya diam membiarkan semua kesalahan larut.

Sebuah perjalanan yang jauh, dimulai dengan satu langkah kecil
Sebuah perubahan yang besar, dimulai dengan keberanian mengambil tindakan sederhana.

Sekian,
Wassalamu'alaikum :)

Komentar

Postingan Populer